Sabtu, 04 Februari 2012

ADVENTURE EARTH


              

                                                                               Keputusan
                                                           NO: 002/PDP/GREENRANGER/2011

Informasi  

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PDP

001 Tentang Tujuh Pimpinan PDP dan Ketua Harian PDP di bawah Komando PDP 

002 Konsolidasi Nasional Friends Of Green Ranger
Cq: Penetapan 24 siswa dan instruktur Jungle Survival Training I/2011 sebagai anggota muda Green Ranger angkatan 44/JS I/2011

003 Tentang Konsolidasi Nasional Frineds Of GreenRanger

Ketiga keputusan PDP tersebut adalah landasan utama menuju normalisasi Green Ranger via Pendakian Penjelajahan, Pengabdian, dalam kegiatan-kegiatan gunung hutan di seluruh nusantara sampai puncak-puncak bumi di atas 8000 meter, Himalaya.
                          
                                                                      Tertanda

                                                                          PDP


Zoologi dan Botani praktis

TIU : Memahami dan mengapikasikan pengetahuan Botani dan Zoologi Praktis
TIK :
1. Mengertahui tumbuhan yang dapat dijadikan makanan, suber air, obat-obatan, tempat perlindungan, sarana memasak dan membuat api
2. Mengetahui tumbuhan-tumbuhan yang berbahaya atau beracun
3. Mengetahui manfaat hewan sebagai sumber makanan
4. mengetahai hewan-hewan yang berbahaya
Bahan Materi
- Cara hidup di alam bebas dengan memanfaatkan pengetahuan Botani dan Zoologi Praktis.
- Pengetahuan Botani dan Zoologi Praktis di alam bebas.
- Manfaat tumbuhan, yaitu : dapat dikomsumsi sebagai makanan, sumber air minum, bahan obat-obatan, sarana memasak, untuk membuat api, dan untuk membuat tempat perlindungan (bivak).
- Tumbuhan yang berbahaya bagi manusia.
- Manfaat hewan sebagai bahan makanan dan penanda ke sumber air.
- Hewan-hewan yang berbahaya bagi manusia.
PENDAHULUAN
Kegiatan alam terbuka (KAT) merupakan kegiatan yang penuh dengan tantangan dan resiko. Oleh karena itu, para penggiat seharusnya telah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai KAT guna kelancaaran dan keberhasilan kegiatan tersebut. Adapun pengetahuan-pengetahuan tersebut antara lain, Persiapan Perjalanan Alam Terbuka (PPAT), Mountaineering, Navigasi Darat, Botani dan Zoologi Praktis, dan Survival, yang kesemuanya saling berkaitan.
Pengetahuan mengenai Botani dan Zoologi Praktis sebagai salah satu pengetahuan dasar KAT sama pentingnya untuk diketahui disamping pengetahuan lainnya yang telah disebutkan di atas. karena tidak selamanya seorang penggiat alam dibuai dengan hal yang indah, sewaktu-waktu penggiat tersebut akan dihadapkan dengan keadaan survival yang berarti terancamnya kelangsungan kehidupan kita, itulah sebabnya pengetahuan survival yang masih ada kaitannya dengan pengetahuan Botani Zoologi Praktis merupakan pengetahuan dasar teknik hidup di alam bebas.
BOTANI
Pengertian Botani yaitu ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, namun pada materi ini yang dibahas hanya yang berhubungan dengan kegiatan alam terbuka, yaitu bagaimana kita dapat memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan kita, terutama pada keadaan survival.
Pemanfaatan tumbuhan secara praktis di lapangan bagi kepentingan manusia, dapat dijadikan sebagai :
a. Bahan Makanan
Pedoman menkonsumsi tumbuhan sebagai makanan dilapangan :
- Tumbuhan tersebut sudah dikenal dan biasa dimakan
- Buah-buahan yang akan dimakan dan belum dikenal sebaiknya dioleskan sedikit dibibir dan ditunggu ada/tidak reaksi.
- Sebaiknya makan tumbuhan jangan hanya satu jenis saja.
- Sebaiknya bagian yang akan dimakan daunnya masih muda (pucuknya)
- Apabila daunnya yang akan dikonsumsi maka sebaiknya tidak bergetah atau berbulu.
- Tumbuhan yang tidak berbau busuk.
- Tumbuhan yang dimakan oleh hewan menyusui (mamalia).
- Tumbuhan tersebut tidak hidup menyendiri (soliter).
- Apabila Buahnya yang akan dikonsumsi maka buah tersebut tidak berwarna mencolok.
- Buah-buahan yang berwarna ungu sebaiknya tidak di makan karena dikhawatirkan mengandung racun alkaloid
Contoh jenis tumbuhan yang dapat di konsumsi
- Umbi Talas (Colocasia sp.), Rumput Teki (Cyperus rotondus)
- Arbei hutan (Rubus sp). Markisa (Passiplora guandrangularis), Bune (Antidesma bunius (L) Spreng).
- Biji muda Sengon (Albizia lophata) dan Kaliandra (Caliandra Cahartica).
- Daun muda Paku Tiang (alsophila glauca), selada air (Nasturtium officinale).
- Daun Begonia (Begonia sp.), Rebung Bambu (Bambusa sp.).
- Bunga Honje atau Kecombrang (Nicolara sp.) dan Bunga Turi (Sesbania glandiflora).
- Pisang Hutan muda (Musa sp.) yang dapat dimakan yaitu : buah, jantung, batang bagian dalam dan bongkol pisang muda.
- Jenis jamur hutan yang dapat dimakan dan mengandung protein tinggi yaitu Jamur Tiram (Pleutotus ostratus) dan Jamur Kuping (Auricularia jadae).
b. Bahan Obat-Obatan
Sudah sejak jaman dahulu manusia memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan. Antara lain digunakan sebagai obat demam, sakit kepala sakit gigi, luka, digigit ular beracun dan lain sebagainya (Lihat Daftar Tumbuhan Obat)
Botani Praktis
Permasalah dalam survival mengenai masalah Botani Praktis adalah survivor harus mengenal karakteristik alamnya. Karena daerah di Indonesia ini dapat dikelompokan menjadi beberapa zona geografi tumbuhan.
Secara garis besar, tumbuh-tumbuhan dibedakan pada dua hal :
1.    Tumbuhan yang dapat dimakan (berguna, mengandung air, dapat dipakai sebagai obat-obatan, dll)
2.    Tumbuhan yang berbahaya (beracun).

Tumbuhan Yang Dapat Dimakan
Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi yang cukup adalah umbi (umbi batang / umbi akar), setelah itu baru buah, biji, dan daun.
Ciri umum tumbuhan yang dapat dimakan :
a. Bagian tumbuhan yang masih muda /tunas.
b. Tumbuhan yang tidak mengandung getah.
c. Tumbuhan yang tidak berbulu.
d. Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap.
e. Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia.
Langkah-langkah yang perlu bila akan memakan tumbuhan :
a. Makan tumbuh-tumbuhan yang sudah dikenal.
b. Makan jangan hanya satu jenis tumbuhan saja.
c. Sebaiknya jangan memakan tumbuhan yang buahnya berwarna ungu, karena dikhawatirkan mengandung racun alkaloid.
d. Cara memakan buah-buahan yang belum kita kenal adalah dengan mengoleskan sedikit ke bibir dan tunggu reaksinya. Bila tidak ada rasa aneh (panas, pahit) berrati cukup aman.
e. Yan paling baik adalah terlebih dahulu memasak bagian tumbuhan yang akan dimakan.
Contoh tumbuhan yang dapat dimakan :
a. Umbi di dalam tanah : jenis talas, kentang, bengkuang, paku tanah.
b. Bagian batangnya : umbut muda pisang, sagu, begonia.
c. Buah : kelapa, arbei hutan, konyal (markisa hutan), nipah (dirawa)
d. Biji : padi, jagung, biji rumput teki (di Madura), biji saniten yang sudah tua
e. Bunga : turi, pisang.
f. Daun : rasamala, melinjo, babadotan, tespong, antanan.

Tumbuhan Obat
Dapat dikelompokan menjdai dua :
a. Dimakan/diminum, contoh :
•    Bratawali (Anamitra cocculus), tumbuhannya merayap. Terdapat di hutan, di kampung. Batangnya direbus, rasanya pahit. Gunanya obat anti demam, anti malaria, pembersih luka, penambah nafsu makan.
•    Keji Beling/ngokilo (Strobilateses). Tumbuhan semak dan di hutan. Ambil daunnya, dimasak untuk obat pinggang dan infeksi/keracunan pada pencernaan.
•    Sembung/sembung manis (Blumen Balsmifira). Jenis rumput-rumputan, terdapat di padang rumput yang banyak anginnya. Daunnya diseduh dengan air panas, dapat digunakan untuk sakit panas, sakit perut.
b. Tumbuhan Obat Luar, untuk luka
•    Getah pohon Kamboja, untuk menghilangkan bengkak, juga untuk terkilir.
•    Air rebusan Bratawali untuk mencuci luka, juga air batang pohon randu (kapuk hutan).
•    Daun Sambiloto ditumbuk halus, atau daun Ploso untuk anti sengatan kalajengking.
•    Kirinyuh.

Tumbuhan Beracun
- Getah pohon paku putih dapat menyebabkan kebutaan.
- Getah pohon Rengas, ingas/semplop, sangat berbahaya karena merusak jaringan.
- Getah Jambu Monyet menyebabkan gatal-gatal.
- Buah Aren mentah menyebabkan gatal-gatal.
- Kecubung, beracun bila dimakan.
- Rarawean, dapat menyebabkan gatal-gatal dan pedih.
- Daul Pulus dapat menyebabkan gatal-gatal dan panas
- Si Cantik Beracun.

Tumbuhan Berguna Lainnya
•    Tumbuhan penyimpan air : tumbuhan beruas (bamboo, rotan, dll), tumbuhan merambat, kantung semar, kaktus dll.
•    Tumbuhan pembuat atap/perlindungan : daun nipah, aren, sagu dll.
•    Pengusir ular dan serangga : lemo
•    Indikator air bersih : tespong, selada air.
Jamur di hutan sebaiknya jangan dimakan karena sulit untuk membedakan Janis yang bias dimakan atau yang beracun, keculai bagi yang sudah ahli, selain itu kadar kalori jamur sangat rendah karena tubuh jamur banyak mengandung air. Pedoman umum untuk menentukan jamur yang dapat dimakan, seperti : tidak berwarna menyolok, tidak bercahaya, tidak memiliki gelang pada tangakinya, tidak berbau memuakkan, tidak memberi efek warna hitam bila disentuh kan ke benda-benda perak.
Pedoman seperti itu sebenarnya terkadang sangat berbahaya. Banyak juga jamur yang mempunyai cirri-ciri diatas justru mengandung racun. Contohnya Amanita phallolder berwarna putih kecoklatan, tidak mempunyai gelang, justru memiliki racun yang mematikan manusia. Amanita Verna dan Amanita virosa yang berwarna berwarna putih bersih memiliki racun yang mematikan. Ketiga jamur itu bila dimakan, setelah 30 menit kemudian akan mengakibatkan perut sakit sekali. Bila tidak dirawat segera, 6 jam kemudian dapat menyebabkan kematian.
Zoologi Praktis
Sebagaian besar hewan pada dasarnya dapat dimakan. Kesulitannya adalah bagaimana cara mendapatkannya. Untuk itu diperlu pengetahuan tentang habitat, dan tingkah laku hewan tersebut.
Untuk menangkap hewan diperlukan keberanian dalam mengambil keputusan, misalnya : hewan selalu mencari air untuk keperluan sehari-harinya. Apabila kita ingin mendapatkan bermacam hewan, harus menuju sumber air. Dalam hal ini kita akan dihadapkan pada satu masalah. Bila di dekat sumber air banyak hewannya berarti juga banyak hewan yang berbahaya bagi kita.

Habitat Hewan
Habitat yang paling banyak jenis hewannya adalah pantai dan laut dangkal. Semakin tinggi permukaan tanah, jenis hewan yang ada semakin sedikit. Jadi bila tersesat digunung dan ingin mencari makanan (hewan), jangan terus naik ke puncak gunung. Lebih baik turun, kemungkinan besar akan menemukan berbagai jenis hewan.

Prilaku Hewan
Prilaku setiap hewan adalah khas. Kapan kita akan mudah menangkap suatu hewan, kapan harus menghindarinya. Pada musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya. Saat seperti inilah yang baik untuk menangkapnya. Burung-burung pindah dari daerah dingin ke daerah panas. Ikan salem atau belut/lindung yang berpindah tempat di sungai dan laut untuk bertelur. Ular yang menjaga telur atau anaknya biasanya bertambah ganas.

Binatang Berbahaya
•    Nyamuk di daerah malaria.
•    Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasa) terdapat dihutan Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bias infeksi.
•    Lebah, sengatannya beracun, dalam jumlah besar/banyak dapat mematikan.
•    Kelabang, kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak. Untuk mengurangi rasa sakit dapat dengan ammonia, tembakau dan sambiloto.
•    Pacet, lintah. Menghispa darah, untuk melepaskannya siram dengan air tembakau.
•    Ular berbisa : ular Hijjau, ular bakau, ular tanah, ular sendok/kobra, ular belang dll. Umumnya jenis ular berbisa dapat diketahui dengan melihat bentuk kepala (segi tiga), leher relatif kecil, terdapat lekukan antara mata dan hidung, mempunyai gigi bias.

Binatang Yang Berguna
- Hampir semua mamalia dan burung dapat dimakan dagingnya
- Ular, kadal, kura-kuran dapat dimakan.
- Lebah bias diambil madu dan larvanya.
- Cacing dan siput hutan dapat dimakan.

Serpentes (Ophidia)
Di Indonesia banyak sekali jenis ular termasuk yang berbisa. Ular pada umumnya aktif di siang hari. Anggota badan yang banyak digigit adalah tungkai, kemudia jari kaki.
Ular yang banyak menyebabkan kematian antara lain ular tanah (angkistrodon), ular hijau (Trimeresurus), ular Anang, Biludah.
Macam gigi bias :
•    AGLYPHA, tidak mempunyai gigi bias. Contoh : ular Sanca / phyton, ular sawah (umumnya dari keluarga Colubridae).
•    PHISTOGLYPHA, mempunyai gigi bias dibelakang. Contoh : Ular Cincin Mas (Boiga dendrophila), Ular Pucuk/Ular Daun (Dryophis).
•    PROTEROGLYPHA, mempunyai gigi bias di depan, yang efektif untuk menyalurkan bias. Contohnya Elapidae, Hydrophiidae.
•    SOLENOGLYPHA, mempunyai gigi bias di depan dan dapat dilipat. Umumnya gigi bias tersebut besar. Contohnya Crotalidae, Viperridae.
Macam bisa :
•    Neurotoksin, yang menyerang jaringan saraf dan bersifat bertentangan dengan tranmisi rangsangan saraf. Menyebabkan kelumpuhan pada alat pernafasan dan rusaknya jaringan otak.
•    Hemotoksin, yang menyerang darah dan system peredarannya. Dapat menguraikan protein, menyebabkan sel darah rusak dan menggumpal.
•    Kardiotoksin, yang diserang adalah otot jantung.
•    Miksotoksin, yang diserang cairan dalamtubuh.
Penanggulangan Gigitan Ular :
•    Korban jangan banyak melakukan gerakan, dan tidak panaik.
•    Luka dibersihkan.
•    Torniket digunakan untuk mencegah kemungkinan menjalarnya bias ke Jantung. Torniket diletakkan antara luka dengan jantung (luka di daerah anggota badan).
•    Ular yang menggigit harus ditangkap dan diketahui jenisnya. Bila berbisa, dapat ditentukan jenis bisanya.
•    Korban dibawa ke puskesmas setempat / rymah sakit terdekat.
Obat yang biasa digunakan untuk menawarkan bias:
•    Aspirin untuk menghilangkan rasa sakit.
•    Vitamin B kompleks dan Paracetamol untuk menghilangkan rasa nyeri dan panas.
•    Antivenin Polyvalent, serum anti bias yang bersifat umum.
•    Antivenin Taipan, serumuntuk gigitan ular Taipan.
•    Antivenin Brown Snake, serum untuk gigitan ular Mulga.
•    Antivenin Papua Black Snake, serum untuk gigitan ular hitam Irian.

Minggu, 27 November 2011

Training Jungle Survival

Evalusi Indra irawan sis IGR -506

Hari Pertama di MAKO IGR ..Saat check perlengkapan.Tidak Ada PONCHO..Tapi Dapat Pinjaman sehingga dalam masalah perlengkapan,tidak ada masalah.Untuk Ke depan Di pastikan Saya sudah memiliki Poncho Sendiri.

Hari Ke dua : Dalam Pembagian Seragam Seragam saya belang Celana PDL dapat warna Aga biru2 dongker..Tapi Itu Bukan Kendala untuk Ikut Training. Cuma,Peralatan Survival KIT tidak lengakap. Saya tidak membawa jarum + Benang jahit.Untuk K depan Saya Akan Mengusahakan Membawa Survival KIT lengkap.

Hari Ke tiga : Tidak ada masalah Dalam Peralatan ataupun dengan Teman-teman,Cuma saya menyadari ,Sebagai wakil Ketua kelompok saya agak Kurang menyatu dengan kelompok. Mungkin di karenakan Lokasi bivak Yang Berpencar-pencar. Serta Waktu Untuk bincang-bincang Atau Evaluasi Sangat Terbatas. Secara pribadi Masalah Makan dalam tehnik survival mungkin masih belum bisa saya terapkan,Alsan saya.Karana ada logistik di depan mata jadi tidak mungkin saya di biarkan untuk berlapar-lapar berlama-lama. Untuk K depan dalam masalah makan survival sepertinya harus mulai membiasakan agar terbiasa.

Hari ke empat : Mungkin Saya harus Mengurangi kebiasaan Merokok Saya karna Tidak tahan untuk tidak merokok,saya menjadi drop karna ketergantungan nikotin.

Hari ke Lima : Saat Perjalanan Malam Kelompok Saya mengalami Kendala. Dimana Ketua Kelompok Macan tutul,Mengalami Pusing atau mual di karenakan mengkonsumsi bawang. Dan hal itu sangat mempengaruhi Kelompok MACAN TUTUL dan juga Kelompok Lain. Tetapi dengan Semangat yang membara .Alfian Ketua Kelompok Macan tutul mampu menormalisir keadaanya kembali. DAn Untuk Tiara salah satu anggota Perempuan satu-satunya,memang cukup membuat peserta bahkan mungkin para pelatih merasa kehilangan semangat dan merasakan DROP..sayapun merasakan hal itu,kami mencoba mencari bagaimana cara agar tiara dapat berjalan cepat dan tidak terlalu berlama-lama dalam setiap BREAK.Namun,Hal inilah yang tetap menjadi kendala,Padahal sebagaian barang perlengkapan serta beban yang di bawanya sudah tidak ada.Namun Kami menyadari kalau Fhisik tiap orang berbeda-beda.untuk saya sendiri,telapak kaki sudah terasa perih di karenakan kaos kaki yang basah serta dalam sepatu yang juga basah.dan itu menjadi kendala saya dalam melangkahkan kaki.Untuk Ke Depan semoga saya bisa mengatasi Hal itu..

Hari Kelima : Sudah tidak Ada Kendala dengan Peserta Kelompok MACAN TUTUL. Dan justru kendala itu ada pada saya sendiri,Telapak Kaki saya semakin perih,dan di tambah kaki kiri saya mengalami terasa sakit apabila di tekuk dan di langkahkan. dan itu memang sudah saya pikirkan sebelum ikut training. saya juga tidak ingin hal seperti itu. Namun Tiap turun Gunung ,Hal itu pasti saya rasakan pada kaki kiri saya.Dan tidak ada yang di buat-buat ataupun rekayasa.
Puncakanya ketika hari pelatihan selesai dengan kembali ke MAKO hal itu yang membuat saya menjadi kebanggaan tersendiri,mendapat sambutan dari PANGLIMA GREEN RANGER serta senior2.

Saya menyadari ,betapa lemahnya kami-kami di saat training kemarin tidak mampu menyelesaikan sampai pos terakhir..
dan Mungkin Misi kami bisa dinyatakan Belum Selesai

-Terima kasih untuk pimpinan tertinggi INDONESIA GREEN RANGER,Bang IDHAT LUBIS ,Hormat saya. Terima kasih Atas Kesempatan yang di berikan untuk saya menjadi peserta TGJS kemarin
-Terima kasih banyak Saya ucapakan Untuk Senior didin yang sudah peduli dengan saya dan banyak memberikan Materi serta pengetahuannya di dalam SURVIVAL khususnya untuk menambah pengetahuan saya.Terima kasih Atas Bantuannya karna telah bersedia membantu saya membawakan beban saya.

-Terima kasih juga Untuk Senior Doni jangkrik atas ilmu navigasinya.
-Terima kasih Senior Yasin Gypsy Atas Back up'nya di kelompok MACAN TUTUL.
Terima kasih Senior Bang Yudhi.Telah Ikut Melatih dan mengawal Kami-kami serta memberikan ilmunya kepada kami.
-Terima kasih senior Yudha atas praktek pembuatan apinya,secara private.hee..
Terima kasih juga Kepada para senior-senior IGR yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Terima kasih SUPOORTnya..!!


Bahaya di pegunungan


BAHAYA DI PEGUNUNGAN

Bahaya di pegunungan dibedakan menjadi :
a. Bahaya subyektif, disebabkan oleh orang yang mendaki gunung sendiri.
b. Bahaya obyektif, disebabkan oleh gunung atau lapangan/alam itu sendiri.
Dalam praktek tidak mungkin mengadakan perbedaan eksas (pasti), karena banyak terjadi bahaya yang obyektif dibandingkan dengan bahaya subyektif, apabila orang melakukan kesalahan dan tidak ingat akan bahaya tersebut.
Barangsiapa sebelumnya mengetahui bahaya-bahaya yang obyektif seperti :
1. Kejatuhan batu
2. daerah-daerah yang berbahaya
3. petir
4. kabut
5. udara yang mendadak menjadi buruk
Maka dia akan dapat menghindari (tidak tentu) bahaya-bahaya tersebut.
Barangsiapa pada waktu akan terjadi bahaya, dengan cepat dan dengan cara yang benar menghindarkan diri dari bahaya-bahaya tersebut, ada harapan untuk hidup lama di pegunungan.
Bahaya-bahaya yang subyektif seperti :
1. keadaan atau lemah badan dari orang yang akan mendaki
2. pengetahuan dan pengalaman yang kurang merupakan unsur-unsur yang lebih rumit.
Dorongan hati untuk pegang peranan dan penyakit ingin dihormati oleh sesama orang, untuk menggantikan prestasi orang lain, membuat orang menjadi buta dan akan memiliki nasib yang tidak baik dipegunungan. Orang yang menderita tekanan jiwa, tidak boleh mendaki gunung. Perjalanan ke gunung yang sunyi dapat menimbulkan keajaiban.
a. Batu yang jatuh dari gunung, merupakan ancaman bahaya besar.

Hembusan angin yang kuat, hujan angin, menyebabkan batu-batu tersebut berjatuhan. Juga orang dan binatang, dapat menyebabkan batu-batu berjatuhan.
Pada masa sekarang ini dimana banyak perjalanan dilakukan di pegunungan, batu-batu yang berjatuhan, disebabkan oleh pendaki gunung yang kurang hati-hati, merupakan salah satu bahaya yang terpenting di pegunungan.
Pada batu karang yang banyak mengandung batu-batu lepas, merupakan bahaya yang lebih besar dari pada batu karang yang mengandung batu-batu tetap. Puing-puing yang banyak pada batu karang dan parit-parit yang sempit serta dalam, merupakan saksi dari batu-batu yang jatuh. Karena batu-batu yang jatuh itu disebabkan oleh belahan, parit-parit yang sempit dan dalam di tempat-tempat dan dalam di tempat-tempat tertentu, maka di tempat tersebut terjadilah bahaya yang lebih besar.


b. Apa yang kita kerjakan kalau ada petir?

Tempat-tempat khusus yang berbahaya bagi petir adalah :
    1. Tempat-tempat yang menonjol sperti : puncak, salib pada gunung, batu karang yang menonjol, pohon-pohonan, sungai-sungai. Batu karang pada umumnya lebih berbahaya daripada salju. Pada cuaca buruk, segera tinggalkan tempat-tempat tersebut.
    2. Segi tiga pada batu karang.
Perlindungan yang terbaik dari sambaran petir ialah : mengurungkan untuk berjalan atau lebih awal pulang.
Cuaca buruk jarang datang pada siang hari atau pada pagi hari. Pada waktu ada petir segera jongkok, duduk di atas tanah atau duduk diatas ransel atau tali yang sedang digulungkan dan menunggu sampai petir hilang.
Jangan sekali-kali bersembunyi dalam gua, imbang/bersender pada dinding.
Tempat-tempat itu sangat berbahaya, karena tanah yang meledak dan emosi. Kran air, kawat baja dan kawat berduri jangan sampai di sambar petir. Meskipun itu tidak secara langsung menarik logam, tetapi mengalirkan listrik (penghantar yang baik).

c. K a b u t
Kabut menimbulkan persoalan pada waktu kita mencari keterangan tentang tempat yang akan kita datangi. Kita harus membawa peta, kompas, meteran untuk mengukur tekanan udara. Pada waktu ada kabut tebal, kita harus percaya pada alat-alat kita itu.
d. Udara mendadak menjadi buruk
Keadaan udara yang mendadak menjadi buruk di pegunungan, harus mendapat perhatian yang serius. Pada perjalanan yang berat, kita mengambil resiko (kesempatan yang berbahaya) tentang udara yang mendadak menjadi buruk. Untuk perjalanan semacam itu, sebaiknya, menunggu cuaca yang baik.
Menunggu yang sabar, pada waktu pulang, keberanian, kewaspadaan dan perasaan bertanggung jawab, merupakan syarat bagi pendaki gunung.
Tanpa pertimbangan, begitu saja melakukan perjalanan, tidak lain hanya merupakan kebodohan saja. Barang siapa tidak mengenal bahaya, akan mejadi berani.

Mounteneering

Mountenering


Mountaineering adalah pendakian gunung

Mountaineering/mendaki gunung bukanlah olahraga biasa, karena itu, setiap pendaki gunung harus memiliki cukup mental, ketrampilan, kekuatan dan daya juang tinggi. Hal ini karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas tersendiri.
Pada hakekatnya, bahasa dan tantangan bertujuan sebagai menguji kemampuan diri sendiri di alam bebas yang keras.endaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan ini memerlukan kondisi kebugaran yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota.
Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.

Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Penanggungan,Gede-pangrango atau Lawu. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala kadarnya.
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.


Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.

Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena itu Zuckerma pernah menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].

Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.

Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka. Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.

• Secara umum pendakian dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Mountain Walking: Hill Walking, Fell running, Tracking, serta Scrambling
2. Climbing: Rock Climbing, Ice Clambing dan masing-masing dengan variasinya
3. Mountaineering: perjalanan mendaki yang merupakan gabungan di semua bentuk pendakian di atas, memerlukan waktu lama sehingga diperlukan pengetahuan teknis dan pengalaman mendaki, manajemen perjalanan, dan manajemen logistic

• Sistem Pendakian
1. Himalaya Style: sistem pendakian rute yang panjang untuk mencapai tujuan (puncak), diperlukan waktu yang cukup lama. Contoh: pendakian di gunung Arfopuro dan Semeru
2. Alpine Style: sistem pendakian yang mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus mencapai puncak, baru pendakian dianggap berhasil

Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.

1.Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.


2.Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.

3.Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.

4.Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.

Perencanan pendakian.
Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.

Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.

Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :

  • Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
  • Mempelajari medan yang akan ditempuh.
  • Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
  • Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
  • Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
  • Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
  • Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
  • Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
  • Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
  • Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
Jam tangan.
Makanan (logistik).
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperhatikan, hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.

Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terkadang dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain mengotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.

#Cara Mendaki Gunung yang baik (hiking savety)
Tidak hanya keselamatan yang dibawa pulang oleh para pendaki, tidak sedikit para pendaki yang harus pulang namanya saja ketika mendaki sebuah gunung. Ada banyak penyebab mengapa kecelakaan di gunung terjadi disamping faktor humam error, faktor alam juga berperan pada suatu kecelakaan di gunung. Beberapa faktor humam error yang menyebabkan kecelakaan terjadi antara lain :
  •  Minimnya pengetahuan si pendaki tentang karakteristik medan yang akan dilaluinya.
  • Membuka jalur baru tanpa pengetahuan navigasi dan survival yang memadai.
  • Tersesat di hutan, karena kekurangan makanan dan air.
  • Terjadinya perbedaan pendapat dalam kelompok pendaki.
  • Kecerobohan leader dalam penentuan jalur yang akan dilalui.
Disamping karena faktor human error/ kecelakaan di gunung juga disebabkan oleh faktor alam yang antara lain :
  • Suhu yang tiba-tiba turun drastis dikarenakan perbedaan suhu sekitar gunung menyebabkan turunnya daya tahan pendaki.
  • Badai gunung.
  • Binatang buas.
  • Kebakaran hutan.
  • Longsornya tebing gunung.
  • Gas beracun.
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di gunung ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh si pendaki. Diantaranya adalah :
  1. Pendakian sebaiknya dilakukan oleh minimal 3 orang atau lebih.
  2. Kekompakan tim dalam perjalanan sangat vital dan diperlukan agar tercipta suasana saling membantu dan menghargai, sehingga perjalanan akan semakin cepat dan baik.
  3. Mempunyai leader atau pemimpin yang berpengalaman baik mental maupun pengetahuan agar dalam keadaan tertentu tidak terjadi perpecahan karena kurangnya wibawa leader.
  4. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
  5. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
  6. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
  7. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
  8. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
  9. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
  10. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.